Percakapan antara saya dan Tuhan Yesus.

Filed under: by: COGS

Ini sudah hari kedua berturut-turut saya kena hukuman nge-blog karena tidak sate tepat waktu. Ah salahkan otak bodoh saya yang berani-beraninya berpikir kalau tidak tidur adalah pilihan tepat untuk bisa bangun pagi. Nyatanya, badan saya menyerah sekitar pukul 4 pagi dan baru kembali ke dunia nyata pada pukul 10 pagi. Iya pagi, bukan malam. Walaupun kebo, saya masih tau diri mengatur pola tidur kok. Dan walaupun tau diri ternyata saya tidak tau baca jam. Tiap hari berjanji bahwa akan tidur di pukul 10 malam dan kemudian baru tidur ketika jam putih berbentuk lingkaran di dinding saya menunjuk pukul 2 pagi. Atau 3 pagi. Itupun karena mata saya sudah terlalu lelah menatap layar monitor laptop.

Lalu dengan lantangnya saya berujar kalau pola tidur yang tidak terkendalikan itulah penyebab utama saya tidak bisa sate tiap pagi. Atau malam. Atau siang. Atau sore. Nyatanya saya sering tidak sate. Entahlah, mungkin karena terlalu terbuai dengan indahnya dunia manusia atau dunia di laptop. Padahal jelas-jelas yang salah yaa saya. Emm, mungkin otak saya. Bukan. Mindset saya. Intinya SAYA. Bukan, bukan salah Tuhan yang menciptakan saya. Bukan . . .

Saya tidak tau apa ini berhubungan atau tidak. Tapi yang jelas beberapa peristiwa hari ini mengajarkan saya sesuatu. Sering kita terlalu takut membuat kecewa orang lain. Teman, orang tua atau atasan kita. Tapi tidak begitu peduli ketika keputusan itu mengecewakan Tuhan. Saya begitu takut menolak ajakan teman untuk hang out, tapi sudah beribu kali menolak ajakan Tuhan untuk berdoa sebelum tidur. Saya rela berjuang 3 tahun di kampus saya demi menyenangkan orang tua (well, demi masa depan saya juga) tapi malas berjuang bangun pagi sehari saja untuk 15 menit berbagi cerita dan harapan dengan Tuhan.

Yesus itu sebenarnya siapa saya? Kadang saya bingung, apa hubungan saya sama Yesus seperti habis manis sepah dibuang ya? Datang ketika perlu, dibuang ketika tak perlu. Semacam win-win solution. Di pihak saya tentunya. Jadinya, win solution.

Karena takut teman saya sedih, saya menerima ajakannya. Karena takut orang tua menangis, saya habiskan 3 tahun untuk melakukan sesuatu yang tidak saya suka. Karena jarang baca Alkitab, saya tidak kurang takut ketika nyatanya saya jarang sate, gereja dalam rangka formalitas, sering bohong, itung-itungan kalau berbuat baik, dan sekarung dosa lainnya yang kalau disebutkan satu-persatu bahkan seluruh jagat bumi pun muak mendengarnya. Saya tidak takut. Bukan. Saya kurang takut. Bukan. Saya tidak peduli. Bukan! Saya takut sih, tapi ya mau bagaimana lagi saya kan manusia. Wajar dong berdosa. Kalau tidak berdosa, saya mungkin sudah jadi Tuhan Yesus sekarang.

(tertawa kecut) Kalau begitu, Yesus mungkin akan bilang. Saya juga Anak Allah. Harusnya bisa bersantai-santai dong. Harusnya ngga perlu jadi manusia dong. Harusnya ngga dihina-hina orang banyak dong. Harusnya ngga disalibkan di Golgota dong. Tapi apa yang sudah dilakukan Yesus? Apakah Ia pernah bilang karena Dia Anak Allah, Ia tidak seharusnya disalibkan di Golgota? Coba cari di Alkitab.

Lalu, siapa saya ketika berucap, saya kan manusia berdosa  tidak seharusnya dihukum hanya karena dosa-dosa kecil semacam tidak sate? Lalu kalau jarang membaca Alkitab apa fondasi hidup saya sebagai seorang Kristen? Kalung salib? Alkitab yang teronggok di samping bantal? Atau persentase kehadiran saya di gereja? Sekecil itukah iman saya pada Yesus? Mulut saya sesumbar mengucap Dia Juruselamat Hidup saya, tapi nyatanya saya bahkan tidak begitu mengenal Dia. Tidak begitu peduli ketika Dia kecewa dengan hubungan kami yang berantakan karena kemalasan saya. Tidak begitu percaya bahwa Dia sudah menjamin masa depan saya dan saya malah lebih memilih ketakutan sepanjang hari akan nasib selanjutnya setelah wisuda. Tidak begitu intens membangun hubungan yang baik dengan-Nya karena memang saya belum punya fondasi yang kuat. Dan kembali lagi. Fondasi itu firman Tuhan. Baca Alkitab. Saat Teduh. Berdoa. Berkomunikasi dengan-Nya. Bukankah komunikasi adalah kunci sebuah hubungan yang baik? J

Saya pernah membaca tulisan jadikanlah Yesus sebagai teladan hidupmu. Dari gaya hidup saya di atas, sisi mananya Yesus yang sudah saya teladani?

APLIKASI
Mulai besok dan seterusnya saya harus mau berjuang tidur cepet dan bangun pagi untuk cerita sama Tuhan Yesus karena Yesus kangen dan sayang sama saya. Jadinya, saya nggak boleh mengecewakan DIA.


4 komentar:

On 10 September 2013 pukul 20.37 , Aldo Hardiawan mengatakan...

kok bagus tulisannya Meg?

 
On 7 Juli 2014 pukul 03.05 , COGS mengatakan...

megg.. hayoo aplikasiin lagi mega.. smngatt :*

 
On 10 Oktober 2015 pukul 10.51 , Unknown mengatakan...

DAlam Markus 12:29 sangat jelas nabi yesus berkata :Hukum yang paling utama adalah Kasihilah Utama dengan Segenap[ Hati dan akal budimu,,Kasihilah Allah,,ia tuhan kita,,Tuhan sembahan aku dan kamu...(jadi sudah jelas bahwa yesus bukan tuhan,,dan dia berkata Allah adalah tuhan kita,,tuhannya aku(yesus) dan tuhan kamu semua....

 
On 10 Oktober 2015 pukul 10.54 , Unknown mengatakan...

Yang disalib bukanlah yesus,,tapi orang lain yang Allah samarkan wajahnya mirip dengan yesus..sedangkan yesus Allah angkat ke surga...hal ini dapat dibuktikan dari ayat injil yang mengatakan :
1.Terkutuklah orang yang mati di kayu salib itu

2.coba lihat perkataan orang yang disalib mengatakan eli eli lama sabektani,,yang artinya ALlah Allah kenapa kau meninggalkan aku seperti ini,,lalu pertanyaan adalah kenapa yesus galau dan kecewa dengan berkata seperti itu ?? jika ia memang berniat menebus dosa,,seharusnya ia tersenyum,dan ikhlas menerima penyaliban itu....